Diantara kewajiban seorang muslim adalah taat kepada pemerintah. ketaatan dan kesetiaan merupakan asas teguhnya suatu pemerintahan. Tanpa ketaatan dan kepercayaan kepada pemerintah, kepemimpinan dan pemerintahan tidak mungkinakan berjalan dengan sempurna dan berjaya. Jika rakyat tidak lagi mentaati pemimpinnya maka, pemerintahan akan lemah dan akan wujud huru-hara serta berbagai fitnah yang bakal menghancurkan suatu sistem pemerintahan. Atas dasar itu, ketaatan kepada pemimpin merupakan ukhuwah bagi mengukuhkan dan menguatkan suatu negara. Berasaskan dari keikhlasan, kesetiaan dan keteraturan adalah ketaatan.
ketaatan kepada pemimpin bukanlah ketaatan yang bersifat mutlak tanpa ada batasan. Ketaatan harus diberikan kepada pemimpin, selama dirinya taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Jika pemimpin tidak lagi mentaati Allah dan RasulNya, maka tidak ada ketaatan bagi dirinya. Al-Qur’an telah memberikan batasan yang sangat jelas dan tegas dalam memberikan ketaatan. Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami.”
(al-Kahfi [18]: 28).
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir.” (Fâthir [35]: 52).
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.” [ al-Qalam (68):8].
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.” ( al-Qalam [68]: 10).
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.”( al-Insân [76]: 24).
umat muslimin dilarang mengikuti atau mentaati pemimpin-pemimpin yang kafir, mendustakan ayat-ayat Allah SWT, serta banyak melakukan maksiyat di sisi Allah SWT.
daripada Abi Bakarah "Pemerintah adalah perlindungan Allah (Zillullah) di muka bumi; maka barangsiapa yang memuliakan kuasa Allah (Sultanullah) Ta'ala di dunia, Allah akan memuliakannya di akhirat. Dan sesiapa yang menghina kuasa Allah Azzawajalla di dunia, Allah akan hinakan dia pada hari kiamat" [Imam Tirmizi, Ahmad dan al-Tobarani]
Sabda Rasul S.A.W : "Akan wujud selepas aku pemerintah-pemerintah; maka hendaklah kamu tunaikan hak ketaatan kepada mereka, kerana pemerintah adalah laksana perisai yang dengannya umat mendapat perlindungan. Jika mereka menjalankan urusan pemerintahan dengan baik, maka kamu dan mereka mendapat faedah daripadanya; tetapi jika mereka melakukan perkara yang buruk, maka keburukkan itu ditanggung oleh mereka, dan kamu terselamat daripadanya" [Imam Ahmad]
adalah menjadi satu dosa iaitu perbuatan memaki dan mengumpat pemerintah, berasaskan
sabda Nabi yang bermaksud: "Jika kamu berada di bawah pemerintah-pemerintah yang menyuruh kamu mengerjakan sembahyang, berzakat dan berjihad, maka haram ke atas kamu memaki mereka dan halal bagi kamu mengikut mereka" (At Tobarani dan Abu Daud).
Sementara al-Baihaqi pula meriwayatkan sebuah Hadis yang bermaksud: "Janganlah kamu memaki pemerintah, kerana ia adalah sebagai perlindungan Allah di buminya".
Sabda Nabi SAW: "Sesungguhnya akan ada selepas aku pemerintah, maka janganlah kamu menghinanya: kerana barang siapa menghina pemerintah maka sesungguhnya ia telah menanggalkan kalungan Islam daripada tengkoknya, dan taubatnya tidak diterima hingga ia menampal kecacatannya itu (memperbetulkan kesalahannya)". (Imam Ahmad)
Menurut beliau lagi kedudukan golongan pemerintah yang penting ini tidaklah menghalang tanggungjawab menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran terhadap mereka, namun ia hendaklah dilakukan secara yang lembut dan bukannya dengan cara yang kasar ataupun menggunakan kata-kata yang kesat dan bersifat menyerang. Ini ialah berpandukan sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud:
"Sesiapa yang ingin menasihati pihak yang berkuasa berkenaan sesuatu perkara, maka janganlah ia lakukan secara terang-terangan: tetapi hendaklah ia sampaikan nasihat tersebut secara rahsia. Jika nasihat itu diterima, maka itulah yang sebaik-baiknya. Tetapi jika tidak diterima, maka ia (pemberi nasihat) telah melaksanakan kewajipan yang tertanggung ke atasnya" (Imam Ahmad).
Sewaktu Nabi Musa dan Harun Alaihimussalam diperintahkan menghadap Firaun, Allah berfirman kepada kedua-duanya: "Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya la telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (Thoha 43 - 44).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Meskipun kamu diperintah oleh budak Habsyi yang (jelek) terpotong hidungnya tetaplah kamu mendengar dan mentaatinya selama ia memimpinmu dengan Kitab Allah.” ( Ibnu Abi Ashim)
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan ia berkata, ketika Abu Dzar keluar menuju Rabdzah, serombongan pengendara dari Iraq menemuinya lalu berkata :
“Hai Abu Dzar, apa yang menimpamu telah sampai kepada kami, pancangkanlah bendera jihad (berontak) niscaya akan datang kepadamu orang-orang berapapun kamu kehendaki.” Ia berkata : [ Tenanglah hai kaum Muslimin, sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan ada sesudahku nanti penguasa maka hormatilah dia, barangsiapa yang mencari-cari kesalahannya maka ia berarti benar-benar merobohkan sendi-sendi Islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai mengembalikannya seperti semula.”
Dari Ubadah bin Ash Shamit radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (beliau) bersabda :
“Dengar dan taatilah mereka baik –dalam– kesulitan atau kemudahan, gembira dan tidak suka, dan (meskipun) mereka bersikap egois (sewenang-wenang) terhadapmu, walaupun mereka memakan hartamu dan memukul punggungmu.”
Dari Ziyad bin Kusaib Al-Adawi beliau berkata : Dulu aku pernah bersama Abi Bakrah berada dibawah mimbar Ibnu Amir dan beliau sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Kemudian Abu Bilal berkata :
Lihatlah oleh kalian pada pemimpin kita, dia mengenakan baju orang-orang fasiq. Lantas Abi Bakrah pun langsung angkat bicara : Diam kamu! Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Barangsiapa yang menghinakan penguasa Allah di muka bumi niscaya Allah menghinakannya.(Tirmidzi)
Dari Muawiyah berkata : Tatkala Abu Dzar keluar ke Ribdzah, dia ditemui sekelompok orang dari Irak, kemudian mereka berkata : Wahai Abu Dzar, pancangkanlah bendera (perang) untuk kami, niscaya akan datang orang-orang yang membelamu. (Maka) Abu Dzar berkata : Pelan-pelan (bersabarlah) wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Akan ada sepeninggalku seorang sulthan (pemimpin), muliakanlah dia, maka barangsiapa mencari-cari kehinaannya, berarti dia telah melubangi Islam dengan satu celah dan tidak akan diterima taubatnya sampai dia mampu mengembalikannya seperti semula. ( Ahmad dan Ibnu Abi Ashim)
Dari Ummu Salamah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Akan ada sepeninggalku nanti pemimpin (yang) kalian mengenalnya dan mengingkari (kejelekannya), maka barangsiapa mengingkarinya (berarti) dia telah berlepas diri, dan barangsiapa membencinya (berarti) dia telah selamat, akan tetapi barangsiapa yang meridhoinya (akan) mengikutinya. Mereka para sahabat bertanya : Apakah tidak kita perangi (saja) dengan pedang ? Beliau menjawab : Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian. (Muslim)
16. Dari Said Al-Khudri beliau berkata : Bersabda Rasulullah SAW :
Akan ada nanti para penguasa yang kulit-kulit kalian menjadi lembut terhadap mereka dan hati-hati pun menjadi tenang kepada mereka. Kemudian akan ada para penguasa yang hati-hati (manusia) akan menjadi benci kepada mereka dan kulit-kulit pun akan merinding ketakutan terhadap mereka. Kemudian ada seorang lelaki bertanya : Wahai Rasulullah, tidakah kita perangi saja mereka ? Beliau bersabda : Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian. (Ibnu Abi Ashim)
17. Dari Ubadah bin As-Shamit ra., beliau menceritakan :
Kami membaiat Rasulullah SAW untuk mendengar dan taat (kepada pemerintah muslimin) dalam keadaan kami senang atau benci kepadanya, dalam keadaan kesulitan atau kemudahan, dan dalam keadaan kami dirugikan olehnya, dan tida boleh kita memberontak kepada pemerintah. Kemudian beliau SAW bersabda : Kecuali kalau kalian melihat kekafiran yang nyata dan kalian mempunyai bukti dari Allah pada perbuatan pemerintah tersebut. (Bukhari dan Muslim)
Jika pemerintah-pemerintaha itu telah menampakkan kekufuran yang nyata, iaitu menerapkan hukum-hukum kufur di negeri-negeri kaum muslim, maka kaum muslim diizinkan untuk menentang dan memisahkan diri dari mereka. Bahkan, apabila kita redha dan menyetujui tindakan-tindakan pemerintah itu maka, kita akan berdosa di sisi Allah SWT.
Rasulullah Saw bersabda: “Akan ada pemimpin-pemimpin, yang kalian ketahui kema’rufannya (kebaikannya) dan kemungkarannya. Maka, siapa saja yang membencinya dia bebas (tidak berdosa), dan siapa saja yang mengingkarinya dia akan selamat. Tetapi, siapa saja yang rela dan mengikutinya (dia akan celaka).” [Muslim].
Hadits ini menuturkan dengan sangat jelas agar umat muslimin menjauhi dan berlepas diri dari pemimpin-pemimpin yang telah menampakkan kekufuran yang nyata. Siapa saja yang membenci penguasa-penguasa yang tidak menerapkan Islam, dirinya akan terbebas dari siksaan Allah SWT. Sebaliknya, siapa saja yang meredhai dan mendiamkan kezaliman, dan kekufuran yang dilakukan oleh penguasa maka, dirinya akan mendapatkan siksaan di sisi Allah SWT.
Apabila kita salah memberikan ketaatan, balasannya adalah siksa dan pahala dari Allah SWT. Ketaatan kepada pemimpin yang menjalankan syariat Allah adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim. Namun, ketaatan pemimpin yang menolak dan menjauhi aturan Allah adalah larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap muslim. Atas dasar itu, ketaatan yang diberikan kepada pemimpin akan memberikan implikasi pahala dan siksa.
Seorang mukmin tidak boleh menyatakan, “Kami ini adalah rakyat yang hanya mengikuti pemimpin. Bilamana, jika apa yang ditetapkan oleh pemimpin itu salah maka pemimpinlah yang salah, sedangkan kami hanya orang yang mengikuti keputusan pemimpin, jadi kami tidak berdosa.” Sungguh, perkataan semacam ini telah ditangkis oleh al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya, andaikan kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (al-Ahzab [33]: 66-68).
Jalan yang terbaik adalah besederhana dalam apa jua keadaan dan sentiasa memohon kepada Allah agar memberi petunjuk akan jalan yang sebenar-benarnya dalam mencari kebenaran.Janganlah kita menjatuhkan hukum keatas seseorang pemerintah mengikut pandangan nafsu dan bisikan syaitan serta dakyah manusia syaitan atau mengikut pemahaman sendiri kerana ianya belum tentu pasti, hanyalah suatu persangkaan. Kebenaran sebenar hanya Allah Maha Mengetahui dan RasulNya yang diberi pengetahuan mengenainya.
wallah hua'lam bissawab